Senin, 02 Juni 2008

asa ku

Dia adalah purti ku yang sekarang sudah mulai menginjak di bangku TK kecil di Tarbiyatul Athfal,
Dia adalah anugerah dan amanah Allah yang dititipkan kepada ku untuk kami jaga, kami asuh dan kami didik dengan bekal ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang berbasis kepada dunia akherat.
Dia generasi kami yang membawa dampak kepada rezqi orang tuanya ke tingkat yang cukup dan semoga Allah memberi keberkahan kepada pembinaan keluarga kami menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah yang kelak menjadi insan kamil yang khusnul khotimah..... amin.
Dia adalah dari generasi yang berasal dari keturunan suku yang berbeda, ibu dari desa kecil yang terletak di pulau dewata (Bali), yang terkenal dengan masyarakat muslimnya di lingkungan yang mayoritas beragama hindu yaitu desa Pegayaman, sedangkan sang ayah yang berasal dari kota yang terletak di Semarang.
Pegayaman, desa kecil yang sangat menarik untuk diekspos dan digali kembali akar budaya setempat dengan budaya Islam dan Hindu. Kami selalu berlibur di sana dalam satu tahun sekali untuk bersilaturrahmi dan menziarahi leluhur di Pegayaman. Suasana yang sejuk, asri dan masih jauh dari kebisingan deru mesin (kendaran dan pabrik/penebangan liar), sangat jauh dari kehidupan di kota yang sekarang kami tinggal.
Di tiap pagi hari selalu kami menyempatkan untuk jalan-jalan di sekeliling desa sambil mengirup kesegaran udara pagi yang sesaat bersilaturrahmi dengan keluarga, karena memang mayoritas masyarakat di desa itu antara tetangga dengan tetangga lain masih ada kaitan hubungan keluarga. Yang menurut sejarah cikal bakal dari desa Pegayaman yaitu masyarakat setempat dan berbaur dengan perantauan Bugis dan Jawa. maka dari generasi istri dan keluarga masih bisa dirunut dari keluarga mana atau generasi kakek siapa ?
Sungguh bersyukur kami sekeluarga memiliki desa Pegayaman yang punya keistimewaan dan ciri tersendiri di pulau dewata Bali yang mayoritasnya beragama hindu, hidup dengan ciri keislamannya ( yaitu wanita yang keluar dari rumah masih tetap menggunakan tutup kepala) dan keelokannya kebun dan hamparan sawah yang tertata dengan khasnya bali yaitu subak serta kerukunan dua masyarakat ketika bersosialisasi seperti, dalam berdagang hasil sawah, kebun dan ketika menjalan ritual keberagamaannya.
Bermasyarakat yang punya kenyakinan yang berbeda dan kelompok yang berbeda tidak menghalangi dalam sistem kehidupan yaitu berdagang hasil bumi, bersawah dalam pengairan yang dikembangkan dengan sistem subaknya kami masih tetap hidup berdampingan.
Semoga ini menjadi contoh untuk kehidupan kita dalam keberagaman dan kebhinekaan yang tetap menjaga dan melestarikan kehidupan yang pernah diajaran kepada kita oleh nabi Muhammad saw. tentang "Rahmatan lil 'alaim".


1 komentar:

rae mengatakan...

Assalamualaikum.........
Sorry baru dapet buka web-nya, wah...masku hebat banget...maju terus yach n sucses. Btw, Liat fotonya Si ASA jadi kangen neh... kapan pulang ke Pegayaman..?? Qta semua dah kangen lho...
key deh, salam buat semua kluarga di SMG yak...